RumahRakyatOnline. Id, Simalungun – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Pematangsiantar sesalkan pertemuan Women 20 (W20) yang dihadiri delegasi dari 16 Negara Dunia di Hotel Niagara Kabupaten Simalungun, pada 19 – 21 Juli 2022 tidak melibatkan perempuan adat sekitar dan membahas persoalan perempuan adat.
W20 merupakan suatu engagement group dalam forum G20 yang mewakili suara perempuan. Mengangkat isu kesetaraan gender di ruang publik, kesehatan, pemberdayaan ekonomi perempuan, serta pertahanan terhadap perempuan disabilitas dan perempuan pedesaan. Hasilnya nanti akan diserahkan pada acara G20 di Denpasar pada bulan November 2022 mendatang.
Namun, sangat disayangkan acara sebesar itu tidak ada membahas tentang persoalan-persoalan perempuan adat (masyarakat adat). Sebab, di sekitar wilayah Danau Toba ada beberapa kelompok masyarakat adat yang tentunya harus mendapat perhatian pada acara yang juga fokus tentang isu perempuan itu.
Presidium PMKRI Cabang Siantar Dian Sany Siagian, mengatakan Forum perempuan tersebut membahas 8 poin utama, salah satunya membahas isu-isu perempuan desa dan penyandang disabilitas yang semangat dalam bekerja, dan ikut serta dalam mendorong perekonomian di daerahnya.
“Seharusnya ini menjadi momentum baik untuk membicarakan secara spesifik tentang persoalan perempuan adat terutama di sekitar Danau Toba,” katanya.
“Kegiatan internasional mengangkat isu tentang perempuan, dan memdorong pariwisita di Danau Toba. Namun anehnya yang menjadi persoalan di sekitar Danau Toba tidak masuk menjadi materi pertemuan. Termasuk keterlibatan perempuan terhadap lingkungan di Danau Toba khususnya, ” kata Ketua PMKRI Siantar Edis Galingging
Seharusnya acara sebesar itu harus mengagendakan tentang hak-hak perempuan adat, dikarenakan peran perempuan adat dalam meningkat perekonomian dan menjaga kelestarian lingkungan hidup sangat berperan penting mengingat sangat banyak persoalan yang dialami masyarakat adat saat ini. Tambahnya.
Reporter : Alfredo


